Namun yang nampak sedikit berbeda dengan Cagub no 1 Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan no 2 Basuki Tjahja Purnama (Ahok), yang datang dengan sendiri-sendiri, Cagub no 3 Anies Baswedan terlihat kompak karena hadir didampingi oleh pasangan cawagubnya, Sandiaga Uno.
Diatas panggung yang disediakan oleh panitia, paslongub yang diusung oleh Gerindra dan PKS, memaparkan keprihatinannya terhadap DKI Jakarta yang masih memiliki kawasan dan masyarakat dalam kategori kemiskinan yang extreme.
“Kami tidak menyalahkan Gubernurnya, namun kami masih menemukan kemiskinan yang extreme di Jakarta. Itu adalah PR (pekerjaan rumah,red) bersama bagi kita semua,” ungkap mantan menteri Pendidikan Republik Indonesia itu, diikuti dengan anggukan Cawagubnya tanda setuju.
Pilkada DKI Jakarta yang banyak di ilustrasikan oleh banyak orang memiliki rasa Pemilihan Presiden, karena terdapat 4 sosok sakral dari setiap kubunya, seperti ada Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) di belakang paslon no 1, terdapat Joko Widodo dan Megawati yang merupakan politisi PDIP yang mengusung paslon no 2, serta tidak kalah kuat ada Prabowo dibalik kekuatan paslon no 3, menurut Anies dirinya tetap menganggap ini adalah pemilihan gubernur.
“Pilkada ini adalah pemilih Gubernur, bukan pemilihan lainnya ataun pemilihan program. Solusi memang penting, akan tetapi pendekatan kepemimpinan itu lebih penting,” tuturnya.
Sebelum menutup diskusinya, sebagai satu-satunya tokoh yang maju dari dunia usaha, Sandiaga Uno yang sukses dengan karier wirausahanya, berharap terdapat perubahan yang signifikan di Jakarta, khususnya dalam bidang enterpreneurship.
“Wirausaha di Jakarta perlu dikembangkan dengan pengembangan Soft skill, dengan pelatihan dan diberikan wadah untuk pengembangannya,” pungkasnya.(iqb)