NEWSANTARA.CO — 28 april 2018, Hari yang saya tunggu akhirnya datang juga.
Perjalanan ke sumba di mulai pukul 05:00 dari bandara Soekarno-Hatta. Penerbangan saya menggunakan maskapai Lion Air JT-690 transit di Kupang pukul 10:00 WITA dan dilanjutkan dengan pesawat Wings Air IW-1921 berangkat pukul 13:35 dan tiba di bandara Tambolaka, Waikabubak Sumba Barat pukul 14:55.
Figure 1 Perjalanan dari Kupang menuju Sumba Barat
Rencana awal saya ingin melakukan solo travelling ke Sumba. Namun ada hal menarik yang saya dapatkan selama lebih dari 3 jam saya transit di Kupang. Secara tidak sengaja saya bertemu dengan seorang ibu berumur sekitar 50 tahun. Pada awalnya ibu tersebut hanya meminta bantuan untuk memebersihkan bugs yang ada di handphone-nya, kemudian kami mengobrol panjang lebar hingga akhirnya diketahui ternyata tujuan kita sama, : Pulau Sumba.
Ibu tersebut -akrab disapa Oma- pun mengajak saya untuk bergabung dengan group Open Trip-nya yang sudah disepakati bersama. Tapi sayangnya titik kumpul mereka adalah Sumba TImur sedangkan tiket pesawat yang saya punya adalah ke Sumba Barat. Itinerary yang saya susun pun berbeda dengan mereka, saya berencana untuk memulai trip dari Sumba Barat ke Sumba Timur, sedangkan mereka sebaliknya.
Saya pun memutuskan untuk menginap di Sumba Barat selama 1 hari dari 28-29 April 2018 dengan pertimbangan keamanan karena dari beberapa review yang saya dapat bahwa daerah Sumba Barat lebih rawan kriminalitas dibandingkan Sumba Timur. Setibanya di bandara Tambolaka saya melanjutkan dengan menggunakan mobil travel ke kota waikabubak.
Bandaranya kecil memang dan hanya menerima pesawat dengan mesin baling-baling. Banyak jasa penyewaan mobil travel di area dekat bandara, tapi harap berhati-hati karena banyak oknum yang memasang tarif sangat mahal untuk turis.
Setelah negosiasi dengan supir travel akhirnya kami sepakat dengan harga 100ribu rupiah dari bandara Tambolaka ke Aloha Hotel di kota Waikabubak sekitar 40 KM kea rah tenggara Bandara, Perjalanan saya memakan waktu 1 Jam.
Sesampainya di Aloha Hotel sang supir meminta tambahan uang, Saya merasa dibohongi, tapi ya sudahlah mau gimana lagi….
Aktivitas yang saya lakukan selama di Waikabubak, Sumba Barat Daya hanyalah tidur dan berlari yang memang sudah menjadi hobi saya.
Saya mulai berlari dari pukul 06:00 – 08:00 ke arah utara melewati alun-alun dan menyapa beberapa warga yang saya temui, dan kesan saya pun bahwa mereka orang-orang yang ramah meskipun laki-laki disana selalu membawa parang yang diselipkan di celananya, Bayangin aja itu parang bro.. Gimana orang asing gak takut ya hahaha..
Oke skip..
Selesai lari pagi pun saya sarapan untuk kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Sumba Timur dengan menggunakan Mobil Travel yang memang resmi dari Hotel. Bye Sumba Barat Daya….!!
Figure 2 Alun – Alun Kota Waikabubak
Perjalanan dari Sumba Barat daya ke Waingapu, Sumba Timur memakan waktu sekitar 4 jam perjalanan. Perjalanan saya selama di mobil travel sangat mengesankan, Mobil Hiace tersebut menampung 10 orang dari berbagai kalangan di Sumba. Dengan cara bicara yang unik dan keramahannya saya bisa merasakan bahwa semua orang Indonesia itu bersaudara.
Perjalanan kami diiringi oleh hutan-hutan dan terkadang melewati perumahan warga yang sangat unik dengan bentuk atap rumah yang mirip Joglo di Jawa tengah.
Setelah 4 jam berlalu dan akhirnya saya sampai ke tujuan saya yaitu hotel Jemmy. Hotel Jemmy hamper sama dengan Hotel Aloha yang saya singgahi di Sumba Barat, jangan mengharap ada water heater atau fasilitas layaknya hotel di Jakarta. Disana hanya ada kasur kapuk dan lemari kecil serta kamar mandi dengan ukuran 1,5 x 2 meter.
Saya pun bertemu dengan teman-teman baru hasil perkenalan saya dengan Oma di Kupang. Ada 15 total termasuk 3 guide local. Akhirnya traveling saya dimulai !!
Perjalanan pertama adalah ke Tanarara yaitu perbukitan savanna yang terletak 60 km ke arah barat Waingapu. Perjalanan ke Tanahrara begitu melelahkan karena jalan yang berbelok-belok ditambah oleh skill local guide kami yang seperti Luis Hamilton kecepatannya.
Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam.
Sesampainya di Tanahrara rasa lelah saya terbayarkan dengan pemandangan indah di sekeliling perbukitan yang berundak dengan rumput yang berwarna hijau cenderung cokelat. FYI Tanahrara ini menjadi salah satu scene di film Marlina : Si pembunuh empat babak.
Sesi foto pun dimulai, setelah sekitar 30 menit di Tanarara kami pun melanjutkan perjalanan ke pantai Walakiri untuk melihat Sunset. Walakiri berada di Kota Waingapu tepatnya 10 km ke arah barat dari pusat kota. Pantainya lumayan ramai dengan garis pantai yang landai karena air surut, Sunsetnya pun bagus ditambah beberapa spot yang instagrammable dijamin bikin malas untuk kembali ke Jakarta. Selesai menikmati sunset, kami pun kembali ke hotel masing-masing untuk beristirahat.
Figure 5 Pantai Walakiri
Hari Ke-2 di Sumba timur.
Tujuan kami selanjutnya yaitu ke Air Terjun Tanggedu. Perjalanan ke air terjun tanggedu. Perjalanan ke Air terjun tanggedu memakan waktu 2 jam perjalanan dengan mobil dan 30 menit dengan berjalan kaki, sangat cocok untuk kamu yang hobi trekking. Cuacanya sangat cerah pagi itu, sepanjang perjalanan pun sangat disayangkan untuk dilewatkan. Pemandangan savana yang luas dengan hamparan ladang gambut membuat kami merasa berada di dimensi lain Indonesia.
Figure 6 Perjanalan ke Air terjun Tanggedu
Figure 7 Sungai di bawah air terjun tanggedu
Sesampainya dipemberhentian mobil, kami menitipkan mobil kami pada warga local yang begitu ramah. Perjalanan kami terpaksa dilakukan dengan berjalan kaki dan jangan lupa perbekalan agar tidak dehidrasi. Setelah berjalan kaki akhirnya kami sampai di air terjun tanggedu, air terjun tanggedu berada di tengah hutan kecil yang dikelilingi oleh padang savanna. Airnya jernih berwarna biru dengan bebatuan karst di sekitarnya, air terjunnya tidak begitu tinggi hanya sekitar 4 meter, namun karena bentuknya yang unik membuat kami betah untuk berlama-lama disana. Kurang lengkap rasanya jika tidak merasakan dinginnya air terjun tanggedu dan akhirnya kami berenang di air tejun namun kita mesti berhati-hati karena arusnya yang cukup kuat. Setelah puas bermain-main akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke bukit Persaudaraan untuk menikmati sunset.