JAKARTA, Newsantara.co — Di tengah ancaman serangan dari berbagai pihak, militer pendudukan zionis srael semakin sadis mengefektifkan sasaran target serangan. Kali ini Israel berhasil membunuh pemimpin senior perjuangan Palestina Hamas, Ismael Haniyeh, pada Selasa malam (30/7/2024).
Kabar meninggalnya Ismael Haniyeh ini membuat dunia berduka, khususnya yang mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Dengan kematian Ismael Haniyeh ini, ketegangan perang di wilayah Timur Tengah semakin memanas. Serangan tersebut dianggap sebagai upaya terencana oleh Israel.
Menurut sumber-sumber resmi di Teheran, serangan terjadi ketika Haniyeh sedang menghadiri pertemuan dengan pejabat tinggi Iran untuk membahas situasi politik dan keamanan di Gaza.Pemerintah Iran langsung mengecam keras serangan Israel tersebut.
“Tindakan ini merupakan pelanggaran kedaulatan dan kejahatan perang. Kami akan membawa kasus ini ke PBB,” kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengutuk aksi Israel yang melakukan pembunuhan kepada Ismail Haniyeh ini. Erdoğan mengatakan aksi pembunuhan; Ini adalah tindakan tercela yang bertujuan mengganggu perjuangan Palestina, perlawanan gemilang di Gaza dan perjuangan adil saudara-saudara kita di Palestina, serta mendemoralisasi dan mengintimidasi rakyat Palestina.
“Tujuan pembunuhan terhadap saudara saya Ismail Haniyeh sama dengan tujuan serangan keji terhadap Syekh Ahmed Yasin, Abdulaziz Al Rantisi dan banyak tokohpolitik Gaza lainnya; Namun barbarisme Zionis tidak akan mampu mencapai tujuan seperti yang telah dilakukan selema ini,” kata Erdoğan.
Ia menyatakan bahwa dengan pendirian kuat dunia Islam, “genosida di Gaza dan terorisme yang dilakukan oleh Israel di Timur Tengah akan berakhir,” katanya.
“Untuk tujuan ini, sebagai Turki, kami akan terus mencoba semua upaya untuk mencapai tujuan ini.” Artinya, mendorong semua pintu dan mendukung saudara-saudara kita di Palestina dengan segala cara dan seluruh Kekuatan kita.
“Kami akan terus berupaya mewujudkan Negara Palestina yang bebas, berdaulat, dan merdeka, berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” tulisnya.
Insiden ini segera mendapat tanggapan dari berbagai pihak internasional. Amerika Serikat menyerukan agar semua pihak menahan diri untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. “Kami meminta semua pihak untuk menahan diri dan mencari solusi damai atas konflik ini,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS. (Red.)