TEL AVIV, Newsantara.co — Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump sepakat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu soal kepemilikan jangka panjang atas Jalur Gaza dan merelokasi warganya. Sementara itu Israel berencana membentuk biro imigrasi khusus untuk merelokasi penduduk Jalur Gaza ke negara lain.
Upaya Israel merelokasi warga Gaza ke negara lain ini disampaikan, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz. “Saya dengan cepat memajukan pembentukan administrasi imigrasi sukarela untuk memungkinkan mereka yang ingin meninggalkan Gaza untuk melakukannya melalui Pelabuhan Ashdod atau Bandara Ramon,” katanya seperti dikutip oleh The Times of Israel, Kamis (27/2).
Pada akhir Januari, Trump mengatakan bahwa warga Gaza yang tidak memiliki tempat tinggal karena kehancuran pemukiman mereka dapat tinggal di tempat lain. Yakni ke negara-negara Arab lainnya, seperti Mesir dan Yordania. Menurut presiden AS Donald Trump, relokasi ini akan berdampak pada sekitar 1,5 juta orang.
Sebelumnya, pada tanggal 4 Februari, Trump mengatakan pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, setelah pembicaraan mereka di Gedung Putih, bahwa Amerika Serikat mempertimbangkan kepemilikan jangka panjang atas Jalur Gaza. Trump mengklaim langkah ini dilakukan untuk mengembangkan wilayah ini demi perdamaian di Timur Tengah.
PM Israel berulang kali menyatakan bahwa ia mendukung inisiatif pemimpin AS untuk menciptakan “Gaza yang berbeda”. Sedangkan negara-negara Arab lainnya, bersama dengan gerakan perjuangan Hamas Palestina, menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap gagasan Trump.
Dalam hal ini, Mesir dan Yordania mengatakan bahwa mereka sedang mempertimbangkan rencana alternatif untuk rekonstruksi Gaza dengan warga Gaza dan penduduknya. Rencana ini diharapkan akan dipresentasikan dalam pertemuan darurat Liga Arab mengenai situasi di Jalur Gaza pada tanggal 4 Maret mendatang. (Red.)