Jakarta, Newsantara.co — Kegiatan orientasi (retret) kepala daerah se Indonesia di Magelang, Jawa Tengah dari 21 Februari, masih berlangsung hingga 28 Februari 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk menyelaraskan visi kepala daerah dengan program pemerintah pusat, khususnya mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju 2045.
Agenda utama retret ini memperkuat koordinasi antarwilayah, serta meningkatkan kapasitas kepemimpinan. Kepala daerah juga, diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan besar Indonesia saat ini. Menurut Anggota DPD RI Dapil Daerah Khusus Jakarta (DKJ) Fahira Idris periode kepemimpinan yang akan dijalani kepala daerah saat ini hingga 2030. Masa-masa ini adalah fase krusial dalam perjalanan Indonesia menuju Visi 2045.
“Indonesia Maju 2045 hanya akan terwujud jika semua daerah di Indonesia juga maju. Untuk menjadi bangsa maju, kita semua harus memahami apa tantangan besar yang kita hadapi dan apa peluang besar yang kita punyai,” ujar Fahira Idris dalam keterangan Ahad, (23/2).
“Setidaknya ada 10 tantangan besar yang akan kita hadapi yaitu demografi global, geopolitik dan geoekonomi, konstelasi perdagangan global, pertumbuhan kelas menengah, perkembangan teknologi, urbanisasi dunia, tata kelola keuangan global, persaingan sumber daya alam, pemanfaatan luar angkasa dan perubahan iklim. Ke-10 tantangan ini yang sering disebut Megatren 2045 juga menjadi salah satu dasar peta jalan Visi Indonesia Emas 2045 sehingga penting didiskusikan dalam retret kepala daerah,” papar Fahira.

Menurut Senator Jakarta ini, perubahan demografi global akan membawa dampak besar pada ekonomi dan sosial, dengan populasi dunia diproyeksikan mencapai 9,7 miliar jiwa pada 2050, terutama di Asia dan Afrika. Pergeseran kekuatan geopolitik dan geoekonomi juga semakin nyata, dengan negara berkembang, termasuk Indonesia, berperan sebagai motor utama ekonomi dunia.
Selain itu, saat ini konstelasi perdagangan global akan terus tumbuh dan daerah harus aktif dalam jaringan produksi global. Pertumbuhan kelas menengah yang pesat, khususnya di Asia, menciptakan peluang besar bagi sektor konsumsi dan industri kreatif di daerah.
Sementara itu, perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan dan digitalisasi yang akan mengubah berbagai aspek kehidupan, menuntut kesiapan daerah dalam meningkatkan literasi digital dan infrastruktur teknologi. Urbanisasi dunia yang semakin masif juga menuntut pembangunan kota-kota di Indonesia yang berkelanjutan dan layanan dasar yang memadai untuk menghindari masalah sosial.
Di sisi lain, lanjut Fahira Idris, tata kelola keuangan global akan mengalami transformasi melalui inovasi seperti Central Bank Digital Currency dan perkembangan teknologi finansial. Persaingan sumber daya alam yang semakin meningkat akibat pertumbuhan populasi dan pola konsumsi global, mengharuskan pengelolaannya berlandaskan prinsip keberlanjutan.

Tantangan lain yaitu pemanfaatan luar angkasa menjadi semakin penting. Saat ini negara-negara maju berlomba mengembangkan ekonomi luar angkasa sehingga menuntut Indonesia untuk ikut berpartisipasi dalam teknologi ini demi kedaulatan nasional.
Tantangan terbesar lain yang dihadapi daerah adalah perubahan iklim, yang berdampak luas pada lingkungan dan ekonomi. Oleh karena itu, strategi pembangunan harus berorientasi pada ekonomi hijau dan energi terbarukan untuk mencapai ketahanan energi yang berkelanjutan.
Indonesia, sambung Fahira Idris, memiliki empat modal dasar yang harus dimanfaatkan secara optimal. Pertama, kependudukan yang besar memberikan bonus demografi yang dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua, kekayaan sumber daya alam yang melimpah harus dikelola dengan bijak untuk kesejahteraan rakyat.
Ketiga, kekuatan sosial budaya yang berakar pada nilai-nilai Pancasila dan gotong royong dapat menjadi fondasi transformasi sosial. Keempat, potensi maritim yang luar biasa menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam geopolitik dan ekonomi dunia.
“Walau 10 tantangan ini tidaklah mudah, tetapi peluang yang tersedia pun tak kalah luas. Indonesia memiliki semua modal yang diperlukan untuk menjadi negara maju pada 2045. Namun, keberhasilan kita akan bergantung pada sejauh mana kita mampu beradaptasi dan memanfaatkan momentum perubahan global ini. Dengan kepemimpinan yang visioner, inovatif, dan kolaboratif, Visi Indonesia 2045 bisa terwujud,” pungkas Fahira Idris. (Red.)