MOSKOW, Newsantara.co – Hamas menolak dua proposal gencatan senjata yang diajukan Israel melalui perantara internasional, termasuk Amerika Serikat. Penjabat Duta Besar Israel untuk Rusia, Alexander Ben Zvi, menegaskan bahwa penolakan tersebut memperpanjang konflik yang berlangsung di Gaza.
“Kami telah mengirim dua tawaran melalui perantara, termasuk Amerika dan pihak lainnya. Salah satunya mencakup pembebasan 10 sandera dalam waktu 50 hari setelah gencatan senjata. Ada berbagai opsi lain, tetapi Hamas menolak semuanya,” ujar Ben Zvi dalam wawancara dengan kantor berita TASS.
Ia menambahkan bahwa pihak yang menolak upaya penyelesaian tidak dapat terkejut jika pertempuran terus berlanjut. Menurutnya, gencatan senjata harus memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, bukan hanya menguntungkan Hamas.
Ben Zvi juga mengungkapkan bahwa selama periode gencatan senjata sebelumnya, sekitar 600 truk bantuan kemanusiaan dikirim setiap hari ke Gaza. Namun, ia menuduh Hamas memanfaatkan bantuan tersebut untuk kepentingan sendiri dan menekan warga setempat.
“Mereka mengambil bantuan ini, memeras warga, dan menggunakannya untuk mempersiapkan serangan kembali ke Israel. Kami tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi,” tegasnya.
Terkait kemungkinan gencatan senjata di masa depan, Ben Zvi menegaskan bahwa Hamas harus memberikan konsesi. “Tidak akan ada gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan tanpa imbalan. Ini mustahil,” katanya.
Penolakan Hamas terhadap proposal ini memperkecil peluang tercapainya perdamaian di wilayah tersebut, sementara Israel menegaskan akan melanjutkan operasi militernya jika tidak ada kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. (Red.)