Hati-Hati! Memanaskan Opor & Rendang Berulang Kali Bisa Picu Kolesterol Tinggi dan Penyakit Jantung
JAKARTA, Newsantara.co — Ahli gizi memperingatkan bahaya memanaskan makanan bersantan seperti opor dan rendang secara berulang. Praktik yang kerap dilakukan saat Lebaran ini ternyata bisa mengubah lemak baik dalam santan menjadi lemak jenuh pemicu kolesterol tinggi dan gangguan jantung.
Santan Dipanaskan Berulang = Lemak Jahat Meningkat
Menurut Rista Yulianti Mataputun, S.Gz., Ahli Gizi RS Indriati Solo Baru, santan kelapa sebenarnya mengandung asam lemak sehat yang mudah dicerna tubuh. Namun, jika dipanaskan berkali-kali, struktur lemaknya berubah menjadi lemak jenuh penyebab kolesterol jahat (LDL).
“Jika dipanaskan berulang, santan akan membentuk lapisan minyak tebal yang berbahaya bagi kesehatan. Risikonya mulai dari penyumbatan pembuluh darah hingga penyakit jantung,” jelas Rista.
Efek Samping Lain: Gangguan Pencernaan & Rusaknya Nutrisi
Selain meningkatkan risiko kolesterol, memanaskan santan berulang juga merusak kandungan vitamin, mineral, dan zat besi di dalamnya. Widya Fadilla, Pakar Nutrisi lulusan Universitas Indonesia, menambahkan bahwa kebiasaan ini bisa memicu gangguan pencernaan seperti:
- Sakit perut
- Kembung
- GERD (asam lambung naik)
“Semakin sering dipanaskan, nutrisinya semakin hilang, sementara kadar lemak jahatnya justru bertambah,” ujar Widya.
Tips Aman Menghangatkan Makanan Bersantan
Meski tidak disarankan, jika terpaksa harus menghangatkan opor atau rendang, ikuti tips berikut:
- Gunakan Microwave – Pemanasan lebih merata dan mengurangi risiko pertumbuhan bakteri.
- Simpan dalam Wadah Kedap Udara – Kurangi oksidasi yang mempercepat kerusakan nutrisi.
- Jangan Dimasak Terlalu Lama – Santan sebaiknya ditambahkan di akhir proses memasak untuk hindari perubahan struktur lemak.
Batasi Konsumsi Maksimal 2-3 Kali Sebulan
Rista menegaskan, mengonsumsi opor atau rendang sisa yang dipanaskan masih diperbolehkan asal tidak lebih dari 2-3 kali dalam sebulan. Namun, pastikan diimbangi dengan asupan serat dari sayur dan buah untuk menetralisir efek negatifnya.
“Lebih baik masak secukupnya agar tidak perlu dipanaskan berulang. Kesehatan harus jadi prioritas,” tegasnya.
Dengan memahami risikonya, masyarakat bisa lebih bijak mengolah makanan bersantan tanpa mengorbankan kesehatan jangka panjang. (Red.)