Pilih PSI, Jokowi: “Saya Lebih Nyaman di Sini”
SOLO, Newsantara.co — Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tegas memilih Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ketimbang PPP. Pernyataan ini ia sampaikan usai Salat Idul Adha di Solo, Jumat (6/6/2025).
“Saya lebih nyaman di PSI,” tegas Jokowi.
Meski demikian, Jokowi menegaskan bahwa dirinya belum dicalonkan sebagai Ketua Umum PSI. Ia juga menolak berkomentar ketika ditanya potensi bergabung dengan partai lain.
Regenerasi Mundur PSI
Keputusan Jokowi ke PSI ini membuka kemungkinan mantan Presiden RI ke 7 ini bukan sebagai kader partai biasa. Posisi Ketua Umum sangat terbuka dipercayakan kepada Jokowi. Karena Kongres PSI selanjutnya juga akan memilih calon Ketua Umum PSI selanjutnya.
Bila akhirnya Jokowi terpilih sebagai Ketua Umum PSI selanjutnya menggantikan anaknya sendiri Kaesang. Maka PSI akan mengalami regenerasi mundur. Sebab secara identitas, PSI selama ini dikenal sebagai partai anak muda. Terlebih ketika pergantian ketua umum dari anak (Kaesang) ke bapaknya (Jokowi).
PPP vs PSI: Dua Partai, Dua Arah
- PPP akan menggelar Muktamar pada September 2025, dengan sejumlah nama kuat seperti Amran Sulaiman.
- PSI berencana menggelar Kongres tahun ini, meski relawan yakin Jokowi tak akan bergabung.
“99,9% Pak Jokowi tidak akan masuk PSI,” tegas Silfester Matutina, Ketua Umum Solidaritas Merah Putih (Solmet).
Analisis: Mengapa Jokowi Pilih PSI?
- Regenerasi Politik: PSI dikenal dengan wajah muda, cocok dengan narasi regenerasi yang digaungkan Jokowi.
- Fleksibilitas: PSI belum memiliki ketua umum mapan, memberi ruang lebih besar bagi Jokowi.
- Elektabilitas: PSI butuh figur kuat untuk meningkatkan elektabilitas di pemilu mendatang.
Apa Dampaknya?
Jika Jokowi benar-benar bergabung, PSI bisa menjadi “kendaraan politik” baru bagi mantan presiden ini. Namun, jika hanya sekadar wacana, posisi PSI dan PPP tetap akan diperhitungkan dalam peta politik 2025.