STRATEGIC AGILITY
“Agility is a Company’s Future”
By: Afrizal Faisal Ali, ST
NEWSANTARA.CO — Saya tergelitik untuk mendalami apa itu ‘Strategic Agility” ketika perjalanan pulang ke Surabaya dari Jakarta. Pada saat itu saya sedang membaca Buku Karya Prof Rhenald Kasali yang berjudul “Self Driving”, dimana menjelaskan tentang perbedaan antara seorang Driver dan Passenger.
Tertulis dalam buku tersebut bahwa beliau menghendaki manusia – manusia berkarakter Driver yang berkompetensi, namun juga cekatan, gesit, berinisiatif dan kreatif, bukan menjadi manusia penumpang, tinggal jadi tanpa melakukan proses (just result). Nah manusia penumpang ini seringkali memiliki mindset “Asset Rigidity” merupakan kebalikan dari “Agility”. Kita bahas satu per satu dalam tulisan saya.
Strategic Agility “It is not strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survive. It is the one that is the most adaptable to change”. Sebuah pembuka dari Charles Darwin yang penuh akan makna bahwa yang serius beradaptasi untuk segera berubah yang akan bertahan, bukan yang terkuat maupun yang pintar, tapi lebih dari itu yang dibutuhkan adalah kekuatan untuk berubah dan adaptable. Berubah dan Adaptable dalam strategi adalah hal lumrah, karena kondisi bisnis dari waktu ke waktu berubah setiap saat, bahkan perubahan bisa signifikan (unpredictable), maka dari itu perumusan strategi sangat penting bagi perusahaan agar tetap sustain dan growth.
Berbicara strategy dalam perusahaan merupakan jembatan antara perusahaan itu sendiri dengan lingkungannya. Kerangka perusahaan apa saja? Antara lain nilai – nilai perusahaan, sumber daya, struktur maupun sistem organisasi, serta tujuan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. Sedangkan kerangka lingkungan adalah pesaing perusahaan, pelanggan perusahaan maupun pemasok perusahaan. Perusahaan harus merumuskan strategi kedepannya, mau seperti apa dan akan dibawa ke arah mana perusahaan, dari sisi eksternal (pelanggan atau kompetitor) maupun sisi internal (SDM karyawan sendiri maupun perubahan struktur organisasi). Sifat strategi perusahaan harus agile dalam arti tangkas, cepat dan ringkas. Perubahan menuntut percepatan dan perusahaan harus segera adaptable dengan rumusan strategi kedepan yang sudah dibuat.
Jadi Strategic Agility merupakan kemampuan perusahaan untuk tetap kompetitif dalam bisnisnya dengan cara menyesuaikan dan beradaptasi terhadap ide inovatif baru dan menggunakan ide tersebut untuk menciptakan produk dan jasa baru serta bisnis model baru.
Ada juga menurut Doz dan Kosonen (2010), Strategic Agility bisa dikatakan sebagai kapasitas organisasi perusahaan untuk membuat komitmen strategis tetap yang gesit dan fleksibel dimana diperlukan sarana pra sarana yang dengannya, perusahaan dapat mengubah dan menemukan kembali diri mereka sendiri, beradaptasi dan akhirnya bertahan hidup (sustainable).
Terdapat tiga hal penting berdasarkan uraian pengertian strategic agility, yakni Produk Baru, Jasa Baru dan Bisnis Model Baru. Strategi perusahaan harusnya dibawah ke arah tiga hal penting tersebut. End of mind sebuah strategi perusahaan harus bisa mengkondisikan kondisi bisnis saat ini. Tuntutan dan perubahan apa yang harus dilakukan agar tetap bersaing dengan baik dan menciptakan financial growth yang baik pula.
Doz dan Kosonen (2010) juga mengungkapkan strategic agility adalah kombinasi tiga kemampuan dinamis sebuah perusahaan – strategic sensitivity, leadership unity and fluidity of resources – dan dari kombinasi tersebut akan mendorong kesuksesan BMI (Business Model Innovation) sebuah perusahaan. Dinamis yang dimaksud disini adalah kemampuan kapabilitas atau kemampuan mengambil keputusan, bergerak, dan mengeksekusi tindakan dengan cepat.
Gambar 1. Fundamental Strategic Agility dalam sebuah Perusahaan (Doz dan Kosonen, 2010)
Strategic Sensitivity ialah bagaimana perusahaan melihat dan menempatkan peluang dengan cara pandang baru (persepsi yang tajam, intensitas kesadaran dan perhatian akan hal – hal yang baru). Leadership Unity merupakan Pengambilan keputusan kolektif dan komitmen terhadap keputusan yang diambil (tidak ada “win-lose” politik), serta Fluidity of Resources adalah mobilisasi dan penempatan sumberdaya yang cepat dan efisien (kapabilitas internal perusahaan). Dengan sensitivitas perusahaan melihat kondisi bisnis serta pengambilan keputusan manajemen yang tepat, cepat dan akurat didukung sumberdaya yang memadai, maka perusahaan tersebut siap menjadi perusahaan terbaik mendunia, growth dan inovatif.
Asset Rigidity
Rigidity merupakan kebalikan dari Agility. Perusahaan yang rigid alias kaku alias manajemen tidak melakukan perubahan, masih terpaku dalam situasi dan kondisi konvensional, dimana terkunci dan kuncinya tidak akan dibuka, entah malas, entah enggan berubah. Ini bahaya, sangat bahaya buat kondisi perusahaan bila memiliki sifat asset rigidity. Perusahaan yang masih memberlakukan sistem rigidity pasti susah terbuka, serba terkunci. Menurut Prof Rhenald Kasali ada yang terkunci budaya korupsi dan kepentingan orang per orang yang saling mengikat, peraturan – peraturan direksi yang saling bertabrakan, undang – undang yang saling mengunci, fixed asset yang tak bisa diapa – apakan selain dibiarkan kumuh dan hanya dipakai kelompok tertentu, harga atau subsidi yang tak bisa diubah, utang perusahaan yang mencekik, tradisi yang tak relevan, praktik – praktik dogmatik, manipulasi persepsi, kualitas SDM yang lemah dan masih banyak lagi.Gambar 2. Mapping Asset Rigidity dalam sebuah Perusahaan (Author)
Tidak disarankan sebuah perusahaan memiliki budaya rigidity, perlu perombakan manajemen agar berubah menjadi perusahaan yang lincah, cepat dan akurat (agile). Penyakit asset rigidity akan menggerogoti seluruh elemen perusahaan, dimana kombinasinya – Weak Management, Limited Resources, dan Leak of Leadership.
Weak Management ialah bagaimana manajemen perusahaan kaku dan tidak melihat peluang dengan cara pandang baru (persepsi persepsi dan perhatian akan hal – hal yang baru diacuhkan) bisa dikatakan tidak ber-empati. Limited Resources merupakan keterbatasan SDM dalam mengeksekusi arahan perusahaan, tidak semua bisa bergerak cepat dan lincah dikarenakan manajemen juga kaku terhadap perubahan, serta Leak of Leadership adalah komposisi manajemen dan SDM (karyawan sub ordinat bawahan) yang tidak kompak, satunya kaku satunya keterbatasan untuk melakukan eksekusi perubahan, semua elemen kompak tidak memiliki integritas memadai. Perusahaan yang masih memiliki mindset Asset Rigidity harus segera berbenah dan berubah untuk menerapkan Startegic Agility.
Penutup.
Perubahan itu harus diterima dan tinggal kita siap apa tidak dengan perubahan tersebut. Kondisi bisnis yang fluktuatif membuat perusahaan banyak yang goyah, tidak kuat dan hancur alias bisa jadi bangkrut. Strategic Agility merupakan langkah awal untuk menciptakan kontinuitas bisnis perusahaan, dengan berbagai inovasi (produk baru, jasa baru atau bisnis model baru), perusahaan akan berkembang dengan baik. Kita harus yakini bersama dengan inovasi yang bagus, baik dan terstruktur rapi didukung strategic agility perusahaan, maka tidak ada kata lain perusahaan tersebut akan besar dan mendunia.
Gambar 3. Diagram Strategic Innovation vs Strategic Agility (Amin Wibowo, 2014)
Bisa dilihat dalam diagram, step by step bahwa inovasi selaras dengan percepatan dalam menyusun dan mengaktualisasikan sebuah strategi. Pertumbuhan inovasi yang cepat disertai lead time yang baik dan akurat akan mengarahkan perusahaan ke ranah strategic agility. Dari lingkup Operational Excellence menjadi Strategic Agility. Berikan kepercayaan, tantangan dan dukungan kepada karyawan, jangan jadikan mereka passenger dengan kekangan dan hambatan untuk lebih maju. Inilah yang diharapkan Bangsa ini, tumbuh bisnis model inovasi yang baik di semua perusahaan, budaya integritas yang baik pula, sehingga memiliki dampak bagi kemajuan Negara. Jadilah manusia berjiwa driver dengan mental agility bukan passenger bermental rigidity. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah pelajaran dalam segala situasi yang tak menentu ini. Siap Berubah, Siap Bekerja lebih Cepat dan Tepat!