Mengejar Sunset di Pulau Papan, Malenge Sulawesi

Newsantara.co/Traveler

(Denise). Pulau Papan di Togean merupakan rumah yang berdiri di atas air, didirikan oleh Suku Bajo yang menghuni wilayah Tojo Una Una, Sulawesi Tengah. Asal usul suku Bajo atau Bajau merupakan suku bangsa yang tanah asalnya Kepulauan Sulu, Filipina Selatan hidup berpindah-pindah (nomaden) dan menjalankan kehidupannya di atas laut, sehingga disebut gipsi laut. Suku Bajo bermigrasi menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga ke Indonesia. Mereka menikah dengan penduduk lokal dan akhirnya menetap di rumah yang dibangun di atas air. Suku Bajo berprofesi sebagai nelayan dengan keahlian berenang sambil menahan napas di dalam air dalam waktu lama tanpa alat.

Berkunjung ke Pulau Papan akan disambut oleh anak-anak kecil bersenyum ramah yang akan menemani berkeliling pulau. Akbar, salah satu staff penginapan kami bercerita sebelum jembatan kayu dibangun dengan kokoh, demi mengenyam pendidikan anak-anak harus melewati jembatan kayu tak layak atau mendayung perahu kecil setiap harinya menuju sebuah sekolah dasar di pulau terdekat. Setelah stasiun tv nasional meliput betapa sulitnya perjuangan seorang anak demi menuntut ilmu, pemerintah setempat membangun jembatan yang kuat dan aman sepanjang 1 kilo meter menghubungkan Pulau Papan dengan pulau administrasi. Saat berkunjung akan lebih baik jika Anda membawa buku, alat tulis yang pastinya sangat berguna bagi para guru dan pendidikan anak-anak di Pulau Papan.

Semburat jingga hendak datang, matahari segera tenggelam, kami bergegas naik ke atas Puncak Batu di Pulau Papan. Sebuah bukit yang terbuat dari karang dimana dari puncak kita dapat melihat keseluruhan Pulau Papan sambil menunggu matahari terbenam di balik lautan dan pulau sekitar. Walaupun listrik di Pulau Papan hanya bermodalkan sebuah 2 plat solar ramah lingkungan yang dinyalakan saat malam hari, sinyal telekomunikasi jarang datang, minim fasilitas, tapi menikmati pemandangan alam dari atas bukit ini membuat kita dapat jauh lebih bersyukur atas yang kita terima saat ini. Setelah adzan magrib berkumandang dari masjid satu-satunya di pulau ini, kami pun turun kembali dari bukit menuju kembali ke Pulau Malenge. (Nald)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *