Newsantara, Cirebon- Dalam rangka hari jadi Kuningan yang bertepatan dengan 1 September 2021, Ikatan Mahasiswa Kuningan wilayah Cirebon mengadakan diskusi bertajuk Bedah Buku yang berjudul Kiai dan Gerakan Sosial Kiai Hasan Lengkong Pada Minggu, (5/08/2021). Buku tersebut dibedah oleh penulisnya langsung yakni Agus Kusman, M.A.
Bedah buku tersebut dilaksanakan luring di sekretariat IMK yang bertempat di Perum Puri Taman Sari Blok C Nomor 24, Majasem dan daring di kanal Youtube IMK wilayah Cirebon. Kegiatan yang berlangsung sekitar dua jam tersebut dimulai dari pukul 15.00 sampai dengan pukul 17.50 waktu setempat. Peserta yang hadir merupakan anggota IMK secara keseluruhan, kira-kira sekitar 20 orang.
Alasan atau latar belakang ditulisnya buku tersebut ialah sebagai tuntutan tugas akhir mahasiswa strata 2 UIN Jakarta. Namun selaku penulis buku Agus Kusman memberikan motivasi kepada hadirin tentang pentingnya berkarya. Khususnya sebagai mahasiswa yang bergrlut di dunia akademisi walau klise, patutnya selaku mahasiswa jangan hanya mahir berdialektika dan berorasi saja.
Diskusi tersebut dimulai dari alasan kenapa beliau memilih tokoh tersebut, “Sepak terjang Kiai Hasan Maolani sampai saat ini memang belum banyak diteliti, padahal beliau merupakan orang yang dianggap berpengaruh oleh Belanda,” Ucap Agus Kusman yang juga Sekretaris Umum IMK Periode 2016-2017.
Memang dari jurnal yang ditulis oleh Agus Kusman sendiri menurutnya pengaruh tersebut dianggap sebagai karisma yang dimiliki oleh Kiai Hasan Maolani. Beliau yang sudah banyak menimba ilmu dibanyak pesantren ketika merasa cukup beliau mulai melakukan gerakan dibuktikan dengan adanya Pesantren Lengkong dan gerakan Tarekat Syataraiyyah.
Salah satu faktor penyebab pengaruhnya begitu besar ialah karena terjadinya disintegrasi politik kekuasaan yang ada pada saat itu. Jabatan seperti Bupati yang dianggap sudah di bawah pengaruh Pemerintahan Belanda, di tambah lagi dengan meningkatnya biaya pajak dan upeti di setiap sektor khususnya petanian. Sehingga kepercayaan penduduk terhadap pemerintahan pribumi mulai meluntur dan di waktu yang sama Kiai Hasan Maolani berhasil meningkatkan pengaruhnya karena dijadikan sebagai sandaran terhadap keluhan-keluhan penduduk. Dari sanalah pengikut Kiai Hasan mulai meningkat pesat bahkan setiap hari yang berkumpul di pesantrennya bisa sampai tiga ratus orang.
Oleh sebab itu Kiai Hasan diasingkan ke Kampung Jawa Tondano tepatnya di Manado. Makanya beliau pun terkenal dengan panggilan Eyang Manado seperti yang dijelaskan Agus Kusman, “Hal tersebut diketahui dari surat pengasingan Kiai Hasan Maolani kepada keluarganya yang di Kuningan, makanya dalam penulisan saya menggunakan kerangka teori yang dirumuskan oleh Neil J Smelser bahwa setiap terjadinya gerakan sosial terjadi enam faktor di antaranya kondusifitas struktural, ketegangan sosial, pertumbuhan dan penyebaran keyakinan umum, faktor-faktor pencetus, mobilisasi untuk melakukan aksi, dan pengoprasian kontrol sosial. Padahal tinggal tahapan akhir saja tapi beliau keburu diasingkan ke Manado.”
Kiai Hasan Maolani merupakan seorang pejuang yang menggunakan metode penyebaran paham atas perlawanan terhadap penjajah sebagaimana yang ditegaskan oleh Ketua Umum IMK, “Perjuangan Kiai Hasan patut diapresiasi oleh kita selaku warga Kuningan. Begitu pun sang penulis yang patut diteladani bahwasanya kita sebagai manusia harus senantiasa berkarya setidaknya dalam tulisan sehingga kita tidak lenyap dalam sejarah,” tegas Yayat.
Di akhir kegiatan Agus Kusman memberikan motivasi kepada peserta agar senantiasa bisa berkontribusi terhadap masyarakat dan harapan bahwa IMK bisa terus menciptakan kader-kader yang gemila