Kisah Tuan Tanah yang Membebaskan Budak dan Mewariskan Depok untuk Rakyat
Oleh : Amri Amrullah*
NEWSANTARA.CO – Di balik hiruk-pikuk Kota Depok yang modern, tersimpan sejarah panjang tentang seorang tuan tanah Belanda yang meninggalkan warisan luar biasa: kebebasan bagi budak-budaknya dan tanah yang kini menjadi jantung kota. Cornelis Chastelein, nama yang mungkin asing bagi sebagian orang, namun jasanya abadi dalam setiap jengkal Depok Lama.
Pemakaman Keturunan Budak yang Jadi Saksi Bisu
Di Jalan Kamboja, sekitar 100 meter di belakang RS Hermina, terdapat pemakaman kuno yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi keturunan 150 budak yang dibebaskan Chastelein. Yoseph (55), seorang penggali kubur setempat, bercerita bahwa lahan seluas 8.800 meter persegi itu telah penuh.
“Kami terpaksa menggabungkan makam keluarga jika ada yang baru meninggal,” ujarnya. Di sini, ratusan nisan dari abad ke-19 masih tegak, termasuk milik Adolf van Der Capellen, yang wafat pada 1888.
Jejak Heritage di Depok Lama
Depok Lama, yang terletak di Kecamatan Pancoran Mas, adalah kawasan bersejarah yang mudah dijangkau dari Jakarta. Dari Margonda, belok kiri ke Jalan Siliwangi atau lurus ke RA Kartini, dan Anda akan menemukan bangunan-bangunan peninggalan Chastelein.
Salah satunya adalah Rumah Sakit Harapan Depok (RSHP), yang dulunya adalah kediaman Chastelein. Bangunan ini masih kokoh dengan arsitektur Belanda yang terawat. Tak jauh dari sana, berdiri GPIB Immanuel Depok (dulunya Gereja Jemaat Masehi, 1714) dan SMP Kasih, yang kini juga menjadi kantor Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC).

Warisan Abadi dalam Surat Wasiat
Di dalam gedung YLCC, terdapat replika surat wasiat Chastelein yang ditulis dalam bahasa Belanda dan terjemahan bahasa Jawa kuno. Isinya jelas: ia mewariskan tanahnya kepada 12 marga keturunan budaknya, dengan harapan mereka hidup mandiri dan sejahtera.
Carlo Leander, Pembina YLCC, berharap pemerintah daerah lebih serius melestarikan kawasan ini. “Depok Lama adalah cikal bakal kota ini. Jika dijaga, ia bisa menjadi destinasi wisata sejarah yang bernilai,” tegasnya.
Baca juga: Cornelis Chastelein: Ubah Budak Menjadi Tuan Tanah
Baca juga: Gedoran Depok: Tragedi Kaoem Depok di Masa Revolusi
Mengapa Kisah Ini Penting?
Chastelein bukan sekadar tuan tanah, melainkan seorang humanis di zamannya. Di era kolonial yang kejam, ia memilih membebaskan budak-budaknya dan memberikan mereka masa depan. Jejaknya masih bisa dirasakan hingga kini—mulai dari bangunan tua, gereja, hingga makam yang menjadi bukti sejarah Depok yang inklusif.
Bagi yang ingin menyusuri sejarah Depok, kawasan Depok Lama adalah tempat terbaik untuk memulainya. Di sini, setiap dinding dan nisan bercerita tentang warisan seorang pria yang percaya pada kebebasan dan keadilan.
*Penulis merupakan mantan wartawan Republika dan penggiat literasi digital